Pengumuman untuk bertanding oleh Kebing Wan pada pilanraya negeri bagi DUN N67 Telang Usan mengudang beberapa reaksi seperti dibawah.Antara lain, penglibatan Kebing Wan kali ini dianggap menjejaskan peluang satu-lawan-satu antara BN dan PKR serta memecah jumlah undi. Ada yang beranggapan bahawa beliau terlalu lama dalam politik dan sehaluan dengan agenda BN dimana beliau pernah berkhidmat dulu.Kini banyak suara inginkan kepada mengetengahkan muka baru, berpendidikan, cergas serta berwawasan untuk menerajui kepimpinan OU di Baram.
Source: From circulated email
The impending election is Do or Die! for PR. Its Now Or Never!
We want a credible candidate with integrity & who is willing to self-sacrifice for the community.
Kebing, your time is over! Please step aside & let a new young blood intellectual with a university degree take over.
It is reliably told that during DUN sitting:
* You were not very vocal & play safe lest you rub Taib's feather the wrong way.
* Like the rest of BN people, you don't have the guts to voice out the inspirations of the Dayak.
* You always play according to the tune of BN so as not to cause any offense. Hoping that PBB would take you back & field as a candidate in Baram.
* Your marriage life is broken beyond repair.
* You have the same sickness as Robert Laing, having extra marital affair with other women. Both of you are not fit to be our leader.
Kebing if you insist to stand this coming election, its for the following reasons:
1. You are selfish & only thinking of yourself NOT the community.
2. You have an inflated ego & self vested interests.
3. You are an opportunist when you found out more & more people are for PR ...& don't misunderstand its NOT because they want Kebing.
4. You are paid by BN to split the vote.
5. You have always been a PBB in action, mind & Spirit. A leopard will not change its spot.
6. You are Fat, Old & Slow!!!!
BTMA
______________________________________________
I think personally Kebing should retired from being a candidate for telang usan especially for PR/apposition. He don’t have much saleable value and be more of a liability than an asset for the PR. If he become a PR candidate, sure lose as people don’t see him now as a credible person with his political baggage and family problem. He is more of political opportunist rather than a genuine integrity political leader. He seem to want to stand in every election without giving way or supporting others candidacy.
If PR is going to choose him, he is going to make them lose the telang usan seat. I would rather that he don’t contest and some one from PKR to stand. Furthermore SNAP now is not as it was before. They are perceive to be weak with little influence and the leaders at the helm are mostly ex-BN, rather old and unenergetic .
Regards
Bit
This kind of spirit is a good one and never get faded or undivided to support PR in the coming DUN election soon. However, why can we have a young man and very energertic from BARAM agains't the BN opponent? I think new broom always sweep well compare to old broom? Please do not get mad coz this is just a comment for the betterment of OUNA society in BARAM. I always give my undivided support to any one of them as long as the wellbeing of people from BARAM are well taking care etc.......so the real quality being a good rep from BARAM MUST come from the bottom of the heart not vise versa for their own wealth or personal interest. If you want to become our rep from BARAM then you have to think twice rather to wast you time coz sooner or later you will loose and lost your deposit. MOST of the people who became REP from BARAM in the past no mater opposition or BN they always give a very good leep services and fooling the people from BARAM and until now. To me this is one of the reason why mostly of our people from BARAM NEVER have a good life and always living under poverty and if this is NOT going to be change by us all as from now we'll be the same till WAWASAN 2020 and forever and ever. THINK about it????????????
Please comment and diseminate it to our fellow friends from BARAM
______________________________________________
Uncle Kebing.
Uh......nah!!!!!!!!!!
I heard you;
1. suddenly have a huge land in Lg Laput territory domain.
2. are million dollar man.
3. were in the politic last two decades.
4. suit the companies encroach, you claimed your land in Pamakai Menao / Daleh.
5. are play boy.
6. broken family.
What did you do so far even a tiny things for the Telang Usan people.
1. The huge land you claimed yours refer to the Lg Laput NCR within the territory domain. Is it the land yours alone!!!!!!!!! i doubt it.....you THINK!!!!!!!!!!
2. Since you are million dollar man, i never see any talks or seminars organize by you for the Baram people about their rights!!!!! ect. Yes you did in Long Laput only.
3. I can see your politic mile stone just for your self only not for the people. I can see your aim, when you win the election, you can use your politic influence to protect the land claimed to be yours. Don't forget Greed is killer.
4.Why did you and a team only brought your land to the justice. Why not all the Lg Laput Land!!!!! if you stand for the people!!!!!!!!!
5. Lead your family first before you think to lead the crowd.
6. You are old enough Uncle. We need the energetics, young, educated man now. Time for you to retire. Have a good life with your grandson.......
Think Again For The Sake Of The Telang Usan People.
Let's this as ONE TO ONE fight.
BN AGAINST PKR
NOW OR NEVER TO OUR PEOPLE.
Best Regards
OU2k
Search This Blog
Subscribe to:
Posts (Atom)
Blog Archive
-
►
2009
(50)
- ► 03/22 - 03/29 (3)
- ► 03/29 - 04/05 (5)
- ► 04/05 - 04/12 (3)
- ► 04/12 - 04/19 (6)
- ► 04/19 - 04/26 (1)
- ► 04/26 - 05/03 (1)
- ► 08/02 - 08/09 (1)
- ► 08/09 - 08/16 (3)
- ► 08/16 - 08/23 (1)
- ► 08/23 - 08/30 (3)
- ► 08/30 - 09/06 (4)
- ► 09/06 - 09/13 (6)
- ► 09/13 - 09/20 (3)
- ► 09/20 - 09/27 (5)
- ► 10/18 - 10/25 (2)
- ► 10/25 - 11/01 (2)
- ► 11/01 - 11/08 (1)
-
▼
2010
(10)
- ► 05/16 - 05/23 (1)
- ► 09/12 - 09/19 (3)
- ► 09/19 - 09/26 (1)
- ► 10/03 - 10/10 (1)
- ► 10/17 - 10/24 (2)
- ► 10/31 - 11/07 (1)
-
►
2011
(33)
- ► 01/09 - 01/16 (3)
- ► 01/30 - 02/06 (1)
- ► 02/06 - 02/13 (5)
- ► 02/13 - 02/20 (4)
- ► 02/20 - 02/27 (1)
- ► 03/13 - 03/20 (1)
- ► 03/20 - 03/27 (3)
- ► 03/27 - 04/03 (4)
- ► 04/03 - 04/10 (4)
- ► 04/10 - 04/17 (2)
- ► 04/17 - 04/24 (1)
- ► 05/01 - 05/08 (1)
- ► 07/24 - 07/31 (2)
- ► 11/20 - 11/27 (1)
Sketsa
Followers
Ways Forward
Kenyataan Mesyuarat Masyarakat Orang Asal Sarawak Sempena Seminar Mengenai Hak Tanah Orang Asal Yang Dianjurkan
Oleh SUHAKAM
27 – 29 Mac 2005
Hotel Harbour View, Kuching
KAMI, Ketua-Ketua masyarakat, ahli-ahli Jawantankuasa Kemajuan dan Keselamatan Kampung (JKKK), ahli-ahli Persatuan-Persatuan Orang Asal, ahli-ahli Persatuan Rumah Panjang/Kampung serta wakil-wakil Rumah Panjang masyarakat Orang Asal di Sarawak telah bermesyuarat di Hotel Habour View, Kuching, Sarawak pada 28 – 29 Mac 2005 sempena Seminar mengenai Hak Tanah Orang Asal yang dianjurkan oleh SUHAKAM untuk membincangkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat kami.
Terlebih dahulu, kami ingin menyampaikan setinggi-tinggi tahniah dan terima kasih kepada pihak SUHAKAM kerana memulakan inisiatif untuk menganjurkan Seminar sebegini yang julung kali diadakan untuk seluruh Negeri Sarawak. Adalah diharapkan bahawa inisiatif sebegini dapat diteruskan oleh pihak SUHAKAM bukan sahaja di Sarawak tetapi di seluruh Malaysia demi melindungi hak Orang Asal di Negara yang kita cintai ini.
Hasil daripada perbincangan tersebut, kami telah mengenal pasti isu dan masalah yang sedang kami hadapi seperti berikut:
1. Kawasan Tanah Adat kami diceroboh oleh syarikat-syarikat swasta untuk menjalankan aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan komersial secara besar-besaran dan pembangunan-pembangunan yang lain tanpa terlebih dahulu mendapat izin dan persetujuan dari kami;
2. Pencerobohan oleh syarikat-syarikat swasta tersebut telah melanggar adat, budaya dan tatasusila kaum masyarakat kami. Syarikat-syarikat tersebut juga tidak menghormati Hak Adat kami dan telah mencabuli hak tanah NCR kami terutamanya ke atas “Pulau” dan “Pemakai Menoa” kami;
3. Kerajaan Negeri Sarawak sering kali mengeluarkan “Provisional Lease” dan lesen pembalakan sebarangan kepada syarikat-syarikat swasta yang melibatkan kawasan Tanah Adat kami tanpa terlebih dahulu memaklum dan mendapat keizinan bebas kami (without our free prior informed consent);
4. Tempoh 60 hari daripada tarikh warta dikeluarkan oleh Kerajaan Negeri kepada masyarakat kami untuk mengemukakan tuntutan pampasan ganti-rugi terhadap harta-benda kami sekiranya Tanah Adat kami diambil milik /dihapus (acquired) oleh Kerajaan Negeri adalah terlalu singkat dan warta tersebut tidak tersebar ke semua lapisan masyarakat kami;
5. Pampasan yang kami terima daripada Kerajaan Negeri jika Tanah Adat kami diambil milik oleh Kerajaan adalah hanya untuk harta-benda dan tanaman yang terdapat di atas Tanah Adat kami dan tidak termasuk nilai sebenar tanah tersebut. Pampasan yang diterima untuk harta-benda dan tanaman kami juga tidak setimpal dengan nilai pasaran terkini;
6. Kebanyakkan Tanah Adat kami tidak mempunyai rekod atau dokumen rasmi yang mengesahkan bahawa Tanah Adat yang kami duduki adalah hak milik kami. Kerajaan Negeri tidak menjalankan survei pemetaan ke atas sempadan kawasan Tanah Adat kami oleh itu sering terjadi konflik di antara pihak kami dengan syarikat-syarikat swasta;
7. Akibat daripada aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan dan industri-industri ekstraktif yang dilaksanakan di atas Tanah Adat kami maka terjadinya kerosakkan terhadap tanaman-tanaman serta harta benda kami. Pencemaran alam sekitar juga sering berlaku, contohnya berlakunya tanah runtuh, air sungai menjadi keruh dan cetek akibat lumpur lalu mengakibatkan banjir dan serta menjejaskan sumber air minuman kami.
Dengan Kenyataan ini kami mengesa SUHAKAM untuk meyarankan Kerajaan Pusat dan Kerajaan Negeri Sarawak untuk:
1. melindungi Hak Adat (NCR) dan hak-hak kami di atas tanah adat serta sumber daya kami dengan meminda Seksyen 5(3) Kanun Tanah Sarawak (Sarawak Land Code) berkenaan dengan penghapusan Hak Adat masyarakat Orang Asal ke atas Tanah Adat untuk tujuan umum di mana sebelum hak masyarakat orang asal ke atas Tanah Adat dihapuskan suatu sesi dialog harus diadakan dengan masyarakat yang terlibat;
2. menjalan survei pemetaan dan merekodkan semua tanah NCR masyarakat Orang Asal di Sarawak serta memberikan dokumen rasmi yang mengesahkan hak milik Orang Asal ke atas Tanah Adat, dengan ini, konflik tentang kawasan dan hak-hak tanah antara masyarakat orang asal dan kerajaan dapat di atasi;
3. menghentikan pengeluaran “provisional lease” dan lesen pembalakan secara sebarangan kepada syarikat-syarikat perladangan dan pembalakan yang melibatkan kawasan tanah NCR kami sehingga survei pemetaan dapat dilaksanakan untuk menentukkan lokasi dan keluasan “Provisional Lease” dan lesan balak tersebut dan mengeluarkannya daripada Tanah Adat kami sekiranya didapati telah memasuki kawasan tersebut;
4. mengarahkan syarikat-syarikat swasta yang beroperasi dalam kawasan Tanah Adat kami untuk menghentikan kegiatan mereka dengan segera sehingga pertikaian hak ke atas tanah tersebut diselesaikan;
5. menghapuskan tempoh 60 hari untuk warta kerajaan yang mewartakan pengambilan hak milik Tanah Adat kepada Tanah Kerajaan dan sebaliknya mengadakan perbincangan dengan semua pemilik tanah yang terlibat sehingga sebuah penyelesaian dipersetujui oleh semua pihak;
6. mengumum dan mengedar salinan warta kerajaan tentang projek atau rancangan kerajaan yang berkaitan dengan hak NCR kami kepada tiap-tiap rumah panjang/kampung di kawasan yang terlibat/terjejas oleh warta tersebut;
7. memberitahu dan mengadakan perjumpaan dengan semua lapisan masyarakat rumah panjang/kampung mengenai perancangan pembangunan tanah adat di kawasan kami, seterusnya menghormati segala keputusan yang diambil oleh masyarakat kami;
8. membayar pampasan untuk Tanah Adat yang diambil milik oleh kerajaan yang setimpal dengan nilai pasaran terkini dan tidak terhad kepada tanam-tanaman dan harta-benda di atas tanah tetapi termasuk nilai sebenar tanah tersebut;
9. mengubal dan meminda undang-undang yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal supaya ia mesra Orang Asal serta menyokong undang-undang adat masyarakat Orang Asal demi memperkukuhkan hak mereka dan bukannya menghakis hak tersebut;
10. meminda Kanun Tanah Sarawak untuk khususnya memasuki “pulau”, “temuda” dan “pemakai menoa” di bawah definisi Tanah Adat Orang Asal (Native Customary Land) di bawah Seksyen 2 Kanun tersebut;
11. meminda Bahagian IV “Practice of Land Surveyors ETC.” Seksyen 17 Ordinan Jurukur Tanah (Land Surveyors Ordinance) yang mengatakan “without prejudice to Section 104 of the Code, no person shall unless he is a land surveyor” dengan “Nothing in this Ordinance shall affect the righ of any person, not being a land surveyor to undertake surveys other than title surveys”.
12. menubuhkan suatu pesuruhanjaya bebas khas (National Native Land Commission) untuk mengendali hal-hal dan menyelesaikan isu-isu yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal di Malaysia.
Maka kami dengan sebulat suara menyatakan sokongan kami ke atas usaha yang diambil untuk menyelesaikan isu-isu dan masalah-masalah kami seperti di atas:
Nama/Persatuan:
1. Jetli Jelian
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
2. Usang Ak Labit
Persatuan Gerempong Anembiak Pelugau (GAP), Balingian
3. Nyalau Ak Geli
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA)
4. Bangau Ak Panggai
Persatuan Gerempong Rakyat Ulu Balingian – Ai Tepus (GERUBAT)
5. TR. Siba Ak Bunsu
Jaringan Tanah Hak Adat Bangsa Asal Sarawak (TAHABAS)
6. TR. Banyang Ak Ramai
ADC Rumah Banyang & Rumah Agam, Bintulu
7. Ibi Ak Uding
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Merakai, Serian
8. Unus Ak Kalom
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Sebuyau, Simunjan
9. Limi Ak Kundi
Melikin Bukar Sadong Association (MEBUSA), Kpg. Pa’on Gahat, Serian
10. TR. Christopher Ak Ambu
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
11. Masa Ak Nangkai
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
12. Jacob Ak Imang
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
13. Anthony Belon
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
14. TR. Engkana Ak Talap
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
15. Maurice Ak Aben
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
16. Jesus Robin Ak Timboo
Persatuan Masyarakat Sungai Gelasah – Suai, Suai
17. Francis Ak Imban
Persatuan Masyarakat Iban Bong-Teru, Tinjar, Baram (BICA)
18. Pauli bin Amus
Kpg. Hilir Meludam, Betong
19. Kathleen Supang
Kpg. Abok, Pantu, Sri Aman
20. Walter Chambers Najod
21. Alias Bon Ak Ulat
Persatuan Rumah Ulat, Sungai Manong, Niah
22. Jeron Ak Loben
SADDA, Bau
23. Bihai Ak Nyah
JKKK Krokong, Bau
Oleh SUHAKAM
27 – 29 Mac 2005
Hotel Harbour View, Kuching
KAMI, Ketua-Ketua masyarakat, ahli-ahli Jawantankuasa Kemajuan dan Keselamatan Kampung (JKKK), ahli-ahli Persatuan-Persatuan Orang Asal, ahli-ahli Persatuan Rumah Panjang/Kampung serta wakil-wakil Rumah Panjang masyarakat Orang Asal di Sarawak telah bermesyuarat di Hotel Habour View, Kuching, Sarawak pada 28 – 29 Mac 2005 sempena Seminar mengenai Hak Tanah Orang Asal yang dianjurkan oleh SUHAKAM untuk membincangkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat kami.
Terlebih dahulu, kami ingin menyampaikan setinggi-tinggi tahniah dan terima kasih kepada pihak SUHAKAM kerana memulakan inisiatif untuk menganjurkan Seminar sebegini yang julung kali diadakan untuk seluruh Negeri Sarawak. Adalah diharapkan bahawa inisiatif sebegini dapat diteruskan oleh pihak SUHAKAM bukan sahaja di Sarawak tetapi di seluruh Malaysia demi melindungi hak Orang Asal di Negara yang kita cintai ini.
Hasil daripada perbincangan tersebut, kami telah mengenal pasti isu dan masalah yang sedang kami hadapi seperti berikut:
1. Kawasan Tanah Adat kami diceroboh oleh syarikat-syarikat swasta untuk menjalankan aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan komersial secara besar-besaran dan pembangunan-pembangunan yang lain tanpa terlebih dahulu mendapat izin dan persetujuan dari kami;
2. Pencerobohan oleh syarikat-syarikat swasta tersebut telah melanggar adat, budaya dan tatasusila kaum masyarakat kami. Syarikat-syarikat tersebut juga tidak menghormati Hak Adat kami dan telah mencabuli hak tanah NCR kami terutamanya ke atas “Pulau” dan “Pemakai Menoa” kami;
3. Kerajaan Negeri Sarawak sering kali mengeluarkan “Provisional Lease” dan lesen pembalakan sebarangan kepada syarikat-syarikat swasta yang melibatkan kawasan Tanah Adat kami tanpa terlebih dahulu memaklum dan mendapat keizinan bebas kami (without our free prior informed consent);
4. Tempoh 60 hari daripada tarikh warta dikeluarkan oleh Kerajaan Negeri kepada masyarakat kami untuk mengemukakan tuntutan pampasan ganti-rugi terhadap harta-benda kami sekiranya Tanah Adat kami diambil milik /dihapus (acquired) oleh Kerajaan Negeri adalah terlalu singkat dan warta tersebut tidak tersebar ke semua lapisan masyarakat kami;
5. Pampasan yang kami terima daripada Kerajaan Negeri jika Tanah Adat kami diambil milik oleh Kerajaan adalah hanya untuk harta-benda dan tanaman yang terdapat di atas Tanah Adat kami dan tidak termasuk nilai sebenar tanah tersebut. Pampasan yang diterima untuk harta-benda dan tanaman kami juga tidak setimpal dengan nilai pasaran terkini;
6. Kebanyakkan Tanah Adat kami tidak mempunyai rekod atau dokumen rasmi yang mengesahkan bahawa Tanah Adat yang kami duduki adalah hak milik kami. Kerajaan Negeri tidak menjalankan survei pemetaan ke atas sempadan kawasan Tanah Adat kami oleh itu sering terjadi konflik di antara pihak kami dengan syarikat-syarikat swasta;
7. Akibat daripada aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan dan industri-industri ekstraktif yang dilaksanakan di atas Tanah Adat kami maka terjadinya kerosakkan terhadap tanaman-tanaman serta harta benda kami. Pencemaran alam sekitar juga sering berlaku, contohnya berlakunya tanah runtuh, air sungai menjadi keruh dan cetek akibat lumpur lalu mengakibatkan banjir dan serta menjejaskan sumber air minuman kami.
Dengan Kenyataan ini kami mengesa SUHAKAM untuk meyarankan Kerajaan Pusat dan Kerajaan Negeri Sarawak untuk:
1. melindungi Hak Adat (NCR) dan hak-hak kami di atas tanah adat serta sumber daya kami dengan meminda Seksyen 5(3) Kanun Tanah Sarawak (Sarawak Land Code) berkenaan dengan penghapusan Hak Adat masyarakat Orang Asal ke atas Tanah Adat untuk tujuan umum di mana sebelum hak masyarakat orang asal ke atas Tanah Adat dihapuskan suatu sesi dialog harus diadakan dengan masyarakat yang terlibat;
2. menjalan survei pemetaan dan merekodkan semua tanah NCR masyarakat Orang Asal di Sarawak serta memberikan dokumen rasmi yang mengesahkan hak milik Orang Asal ke atas Tanah Adat, dengan ini, konflik tentang kawasan dan hak-hak tanah antara masyarakat orang asal dan kerajaan dapat di atasi;
3. menghentikan pengeluaran “provisional lease” dan lesen pembalakan secara sebarangan kepada syarikat-syarikat perladangan dan pembalakan yang melibatkan kawasan tanah NCR kami sehingga survei pemetaan dapat dilaksanakan untuk menentukkan lokasi dan keluasan “Provisional Lease” dan lesan balak tersebut dan mengeluarkannya daripada Tanah Adat kami sekiranya didapati telah memasuki kawasan tersebut;
4. mengarahkan syarikat-syarikat swasta yang beroperasi dalam kawasan Tanah Adat kami untuk menghentikan kegiatan mereka dengan segera sehingga pertikaian hak ke atas tanah tersebut diselesaikan;
5. menghapuskan tempoh 60 hari untuk warta kerajaan yang mewartakan pengambilan hak milik Tanah Adat kepada Tanah Kerajaan dan sebaliknya mengadakan perbincangan dengan semua pemilik tanah yang terlibat sehingga sebuah penyelesaian dipersetujui oleh semua pihak;
6. mengumum dan mengedar salinan warta kerajaan tentang projek atau rancangan kerajaan yang berkaitan dengan hak NCR kami kepada tiap-tiap rumah panjang/kampung di kawasan yang terlibat/terjejas oleh warta tersebut;
7. memberitahu dan mengadakan perjumpaan dengan semua lapisan masyarakat rumah panjang/kampung mengenai perancangan pembangunan tanah adat di kawasan kami, seterusnya menghormati segala keputusan yang diambil oleh masyarakat kami;
8. membayar pampasan untuk Tanah Adat yang diambil milik oleh kerajaan yang setimpal dengan nilai pasaran terkini dan tidak terhad kepada tanam-tanaman dan harta-benda di atas tanah tetapi termasuk nilai sebenar tanah tersebut;
9. mengubal dan meminda undang-undang yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal supaya ia mesra Orang Asal serta menyokong undang-undang adat masyarakat Orang Asal demi memperkukuhkan hak mereka dan bukannya menghakis hak tersebut;
10. meminda Kanun Tanah Sarawak untuk khususnya memasuki “pulau”, “temuda” dan “pemakai menoa” di bawah definisi Tanah Adat Orang Asal (Native Customary Land) di bawah Seksyen 2 Kanun tersebut;
11. meminda Bahagian IV “Practice of Land Surveyors ETC.” Seksyen 17 Ordinan Jurukur Tanah (Land Surveyors Ordinance) yang mengatakan “without prejudice to Section 104 of the Code, no person shall unless he is a land surveyor” dengan “Nothing in this Ordinance shall affect the righ of any person, not being a land surveyor to undertake surveys other than title surveys”.
12. menubuhkan suatu pesuruhanjaya bebas khas (National Native Land Commission) untuk mengendali hal-hal dan menyelesaikan isu-isu yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal di Malaysia.
Maka kami dengan sebulat suara menyatakan sokongan kami ke atas usaha yang diambil untuk menyelesaikan isu-isu dan masalah-masalah kami seperti di atas:
Nama/Persatuan:
1. Jetli Jelian
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
2. Usang Ak Labit
Persatuan Gerempong Anembiak Pelugau (GAP), Balingian
3. Nyalau Ak Geli
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA)
4. Bangau Ak Panggai
Persatuan Gerempong Rakyat Ulu Balingian – Ai Tepus (GERUBAT)
5. TR. Siba Ak Bunsu
Jaringan Tanah Hak Adat Bangsa Asal Sarawak (TAHABAS)
6. TR. Banyang Ak Ramai
ADC Rumah Banyang & Rumah Agam, Bintulu
7. Ibi Ak Uding
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Merakai, Serian
8. Unus Ak Kalom
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Sebuyau, Simunjan
9. Limi Ak Kundi
Melikin Bukar Sadong Association (MEBUSA), Kpg. Pa’on Gahat, Serian
10. TR. Christopher Ak Ambu
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
11. Masa Ak Nangkai
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
12. Jacob Ak Imang
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
13. Anthony Belon
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
14. TR. Engkana Ak Talap
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
15. Maurice Ak Aben
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
16. Jesus Robin Ak Timboo
Persatuan Masyarakat Sungai Gelasah – Suai, Suai
17. Francis Ak Imban
Persatuan Masyarakat Iban Bong-Teru, Tinjar, Baram (BICA)
18. Pauli bin Amus
Kpg. Hilir Meludam, Betong
19. Kathleen Supang
Kpg. Abok, Pantu, Sri Aman
20. Walter Chambers Najod
21. Alias Bon Ak Ulat
Persatuan Rumah Ulat, Sungai Manong, Niah
22. Jeron Ak Loben
SADDA, Bau
23. Bihai Ak Nyah
JKKK Krokong, Bau
Hakikat NCR
Sumber: Asas Tanah NCR Kayan Kenyah Diperjadikan: Adet Kayan Kenyah 1994, Seksyen 84
Oleh: Temenggong Pahang Deng Anyi.
Clause 23: …..Hakikatnya, sejak tahun 1970 memang Ketua Masyarakat Kayan Kenyah sudah berkali-kali dan bermati-matian momohon Kerajaan menyukat tanah dan memohon surat-surat yang perlu. Kerajaan selalu menjawab tidak perlu memberi surat tanah temuda. Dengan alasan tanah NCR tidak boleh diambil oleh orang lain kerana ia diiktiraf oleh kerajaan. Kebun-kebun adalah sebagai geran tanah kamu yang di pedalaman. Kampung kamu sudah beratus tahun berada di sana itulah sebagai bukti dan geran tanah kamu katanya. Tetapi yang terjadi sekarang kompeni tidak peduli. Apabila tuntutan dan permintaan orang tempatan tidak ditunai dan tidak dipedulikan oleh kompeni, terpaksalah mereka mengambil tindakan Undang-Undang, malah juga melanggar undang-undang bagi meneggakan keadilan serta menuntut hak mereka. Perkara ini harus diberi perhatian sewajarnya oleh pihak kerajaan dan mempastikan masyarakat kami tidak ditindas, disamping hak kami wajib dihormati.
Oleh: Temenggong Pahang Deng Anyi.
Clause 23: …..Hakikatnya, sejak tahun 1970 memang Ketua Masyarakat Kayan Kenyah sudah berkali-kali dan bermati-matian momohon Kerajaan menyukat tanah dan memohon surat-surat yang perlu. Kerajaan selalu menjawab tidak perlu memberi surat tanah temuda. Dengan alasan tanah NCR tidak boleh diambil oleh orang lain kerana ia diiktiraf oleh kerajaan. Kebun-kebun adalah sebagai geran tanah kamu yang di pedalaman. Kampung kamu sudah beratus tahun berada di sana itulah sebagai bukti dan geran tanah kamu katanya. Tetapi yang terjadi sekarang kompeni tidak peduli. Apabila tuntutan dan permintaan orang tempatan tidak ditunai dan tidak dipedulikan oleh kompeni, terpaksalah mereka mengambil tindakan Undang-Undang, malah juga melanggar undang-undang bagi meneggakan keadilan serta menuntut hak mereka. Perkara ini harus diberi perhatian sewajarnya oleh pihak kerajaan dan mempastikan masyarakat kami tidak ditindas, disamping hak kami wajib dihormati.