OPEN LETTER TO OUR REPRESENTATIV
Written by amaitebun
Dear "YB Dato Jacob Dungau Sagan and YB Lihan Jok.
Without prejudice.
Are you defending us your voters in Baram or defending Taib?" YB Dato Jacob Dungau Sagan our MP for Baram during a visit to Kampung Long Banyok, Baram recently told his audience not to listen to those who opposed the proposed Baram hydro project or dam sited between Kampong Long Nahah'a and Kampung Long Kesseh in the middle Baram. YB Jacob even said that he has been forewarned by the authorities that the dam will be implemented elsewhere and the billions of ringgit worth of projects associated with it will also be channelled elsewhere if the Baram people opposed the dam. YB Lihan Jok on the other hand has said that the proposed dam is "God's gift" to the people in Baram. But then, Dato Jacob, what is the worth of all the timbers from Baram extracted by the big companies all these years? Surely, they were worth hundreds of billions of ringgit. And the remaining timbers?
Surely, they are at least worth tens of billions of ringgit too. And what about our NCR lands in Baram now illegally alienated by your BN boss, Taib Mahmud, also to the big companies for oil palms and acacia trees? Surely, they are not only worth hundreds of billions of ringgit but will generate tens of billions of ringgit in time to come. For many terms now you are our wakil rakyat, our MP.
Now you are even a Deputy Minister. Do you understand what the roles of wakil rakyat are? You are holder of a master degree. Surely you know that. As a wakil of the rakyat of Baram, surely you know it is your most important role to act, speak and fight for and to defend the rights and interests of the rakyat of Baram without whose vote you would not have been what you are today.
So why is it that you have to go along with Taib and the BN govt threatening the people of Baram that if they do not support the proposed dam, the dam will not only be relocated elsewhere but so-called projects worth so-called billions of ringgits associated with the dam will be channeled elsewhere?
Is it because you want to save your post as Deputy Minister that you so readily support Taib and the BN to threaten our Baram people on the dam? If you do, that means you have abused our trust, mandate and votes as your real purpose is not to be our wakil rakyat but wakil your own personal pocket, agenda and interest! If you are scared to stand up to speak, fight and defend the rights and interests of the Baram people then you are definitely UNFIT to be our wakil rakyat.
A wakil (leader) must be courageous like our ancestors warriors! There is no point that you became Deputy Minister and enjoy all the many perks and privileges from it but your rakyat in Baram who had steadfastly voted for you for many many terms are continually bullied, humiliated, threatened or held to ransom (with withdrawal of socalled projects) robbed of our NCR lands and all our resources in it.
If you do not speak out, fight and defend us, then, you are not only failing us as our wakil rakyat but are also consciously SIDING with Taib and the BN and the big companies who robbed and are still robbing us of our rights, our NCR lands, our resources, etc. Surely, you are fully aware of the continual and aggravating problems faced by the settlers of the Batng Ai and the Bakun dam! If not pay a personal visit there and talk to the settlers directly about their situation. And don't talk out of ignorant or worse still just simply parroting what your boss Taib and Jabu (who caused his own Iban people to continue to be the poorest in Malaysia today)say.
Remember! Taib, Jabu, James Masing and the BN also said or promised the same thing before that the Batang Ai and Bakun dams will bring progress and development! But today they all have abandoned the people affected. SUHAKAM commissioners who personally visited Bakun recently reported that the problems faced by the settlers are worsening!!!!!And the penans in Belaga are even facing food shortage!!! YB Lihan Jok, don't simply sells God's name especially when it involves something that destroys HIS blessings, gifts and creations to the people of Baram, namely, the mighty Baram river, our NCR lands and its resources and environment which all have supported our people for many many generations without which you and YB Dato' Jacob won't be what you are today.
Remember, it was not Taib, Jabu or the BN that provided your parents the means and resources to send you to school. It was the NCR land that God blessed your parents with and its resources in Baram that enabled your parents to send you to school. By the way, if you really believe and trust in GOD, then, protect and defend God's creations, gifts and blessings, namely, our Baram river from being dammed by Taib! Don't be afraid but stand courageous and put your complete trust in God's protection of your position as YB, as wakil rakyat or as Deputy Minister post (like what God did to Daniel when he was thrown into the lions den) Also do not be worried of being blackmailed or held to ransom with threat of projects and billions of ringgit to be withdrawn from Baram if we do not support the Baram dam.
Those are but only human or worldly threat from Taib, Jabu and the BN! GOD is still the ALMIGHTY one above them. GOD will still provide all our needs according to what we deserved to get from HIM. Unless you do not trust GOD but your boss Taib and Jabu! Hope to hear an early response from our two YBs soon on this.
BARAM VOTERS
email ini dipetik daripada pengundi2 orang-orang Baram.
Search This Blog
Subscribe to:
Posts (Atom)
Blog Archive
-
►
2009
(50)
- ► 03/22 - 03/29 (3)
- ► 03/29 - 04/05 (5)
- ► 04/05 - 04/12 (3)
- ► 04/12 - 04/19 (6)
- ► 04/19 - 04/26 (1)
- ► 04/26 - 05/03 (1)
- ► 08/02 - 08/09 (1)
- ► 08/09 - 08/16 (3)
- ► 08/16 - 08/23 (1)
- ► 08/23 - 08/30 (3)
- ► 08/30 - 09/06 (4)
- ► 09/06 - 09/13 (6)
- ► 09/13 - 09/20 (3)
- ► 09/20 - 09/27 (5)
- ► 10/18 - 10/25 (2)
- ► 10/25 - 11/01 (2)
- ► 11/01 - 11/08 (1)
-
►
2010
(10)
- ► 05/16 - 05/23 (1)
- ► 09/12 - 09/19 (3)
- ► 09/19 - 09/26 (1)
- ► 09/26 - 10/03 (1)
- ► 10/03 - 10/10 (1)
- ► 10/17 - 10/24 (2)
- ► 10/31 - 11/07 (1)
-
▼
2011
(33)
- ► 01/09 - 01/16 (3)
- ► 02/06 - 02/13 (5)
- ► 02/13 - 02/20 (4)
- ► 02/20 - 02/27 (1)
- ► 03/13 - 03/20 (1)
- ► 03/20 - 03/27 (3)
- ► 03/27 - 04/03 (4)
- ► 04/03 - 04/10 (4)
- ► 04/10 - 04/17 (2)
- ► 04/17 - 04/24 (1)
- ► 05/01 - 05/08 (1)
- ► 07/24 - 07/31 (2)
- ► 11/20 - 11/27 (1)
Sketsa
Followers
Ways Forward
Kenyataan Mesyuarat Masyarakat Orang Asal Sarawak Sempena Seminar Mengenai Hak Tanah Orang Asal Yang Dianjurkan
Oleh SUHAKAM
27 – 29 Mac 2005
Hotel Harbour View, Kuching
KAMI, Ketua-Ketua masyarakat, ahli-ahli Jawantankuasa Kemajuan dan Keselamatan Kampung (JKKK), ahli-ahli Persatuan-Persatuan Orang Asal, ahli-ahli Persatuan Rumah Panjang/Kampung serta wakil-wakil Rumah Panjang masyarakat Orang Asal di Sarawak telah bermesyuarat di Hotel Habour View, Kuching, Sarawak pada 28 – 29 Mac 2005 sempena Seminar mengenai Hak Tanah Orang Asal yang dianjurkan oleh SUHAKAM untuk membincangkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat kami.
Terlebih dahulu, kami ingin menyampaikan setinggi-tinggi tahniah dan terima kasih kepada pihak SUHAKAM kerana memulakan inisiatif untuk menganjurkan Seminar sebegini yang julung kali diadakan untuk seluruh Negeri Sarawak. Adalah diharapkan bahawa inisiatif sebegini dapat diteruskan oleh pihak SUHAKAM bukan sahaja di Sarawak tetapi di seluruh Malaysia demi melindungi hak Orang Asal di Negara yang kita cintai ini.
Hasil daripada perbincangan tersebut, kami telah mengenal pasti isu dan masalah yang sedang kami hadapi seperti berikut:
1. Kawasan Tanah Adat kami diceroboh oleh syarikat-syarikat swasta untuk menjalankan aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan komersial secara besar-besaran dan pembangunan-pembangunan yang lain tanpa terlebih dahulu mendapat izin dan persetujuan dari kami;
2. Pencerobohan oleh syarikat-syarikat swasta tersebut telah melanggar adat, budaya dan tatasusila kaum masyarakat kami. Syarikat-syarikat tersebut juga tidak menghormati Hak Adat kami dan telah mencabuli hak tanah NCR kami terutamanya ke atas “Pulau” dan “Pemakai Menoa” kami;
3. Kerajaan Negeri Sarawak sering kali mengeluarkan “Provisional Lease” dan lesen pembalakan sebarangan kepada syarikat-syarikat swasta yang melibatkan kawasan Tanah Adat kami tanpa terlebih dahulu memaklum dan mendapat keizinan bebas kami (without our free prior informed consent);
4. Tempoh 60 hari daripada tarikh warta dikeluarkan oleh Kerajaan Negeri kepada masyarakat kami untuk mengemukakan tuntutan pampasan ganti-rugi terhadap harta-benda kami sekiranya Tanah Adat kami diambil milik /dihapus (acquired) oleh Kerajaan Negeri adalah terlalu singkat dan warta tersebut tidak tersebar ke semua lapisan masyarakat kami;
5. Pampasan yang kami terima daripada Kerajaan Negeri jika Tanah Adat kami diambil milik oleh Kerajaan adalah hanya untuk harta-benda dan tanaman yang terdapat di atas Tanah Adat kami dan tidak termasuk nilai sebenar tanah tersebut. Pampasan yang diterima untuk harta-benda dan tanaman kami juga tidak setimpal dengan nilai pasaran terkini;
6. Kebanyakkan Tanah Adat kami tidak mempunyai rekod atau dokumen rasmi yang mengesahkan bahawa Tanah Adat yang kami duduki adalah hak milik kami. Kerajaan Negeri tidak menjalankan survei pemetaan ke atas sempadan kawasan Tanah Adat kami oleh itu sering terjadi konflik di antara pihak kami dengan syarikat-syarikat swasta;
7. Akibat daripada aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan dan industri-industri ekstraktif yang dilaksanakan di atas Tanah Adat kami maka terjadinya kerosakkan terhadap tanaman-tanaman serta harta benda kami. Pencemaran alam sekitar juga sering berlaku, contohnya berlakunya tanah runtuh, air sungai menjadi keruh dan cetek akibat lumpur lalu mengakibatkan banjir dan serta menjejaskan sumber air minuman kami.
Dengan Kenyataan ini kami mengesa SUHAKAM untuk meyarankan Kerajaan Pusat dan Kerajaan Negeri Sarawak untuk:
1. melindungi Hak Adat (NCR) dan hak-hak kami di atas tanah adat serta sumber daya kami dengan meminda Seksyen 5(3) Kanun Tanah Sarawak (Sarawak Land Code) berkenaan dengan penghapusan Hak Adat masyarakat Orang Asal ke atas Tanah Adat untuk tujuan umum di mana sebelum hak masyarakat orang asal ke atas Tanah Adat dihapuskan suatu sesi dialog harus diadakan dengan masyarakat yang terlibat;
2. menjalan survei pemetaan dan merekodkan semua tanah NCR masyarakat Orang Asal di Sarawak serta memberikan dokumen rasmi yang mengesahkan hak milik Orang Asal ke atas Tanah Adat, dengan ini, konflik tentang kawasan dan hak-hak tanah antara masyarakat orang asal dan kerajaan dapat di atasi;
3. menghentikan pengeluaran “provisional lease” dan lesen pembalakan secara sebarangan kepada syarikat-syarikat perladangan dan pembalakan yang melibatkan kawasan tanah NCR kami sehingga survei pemetaan dapat dilaksanakan untuk menentukkan lokasi dan keluasan “Provisional Lease” dan lesan balak tersebut dan mengeluarkannya daripada Tanah Adat kami sekiranya didapati telah memasuki kawasan tersebut;
4. mengarahkan syarikat-syarikat swasta yang beroperasi dalam kawasan Tanah Adat kami untuk menghentikan kegiatan mereka dengan segera sehingga pertikaian hak ke atas tanah tersebut diselesaikan;
5. menghapuskan tempoh 60 hari untuk warta kerajaan yang mewartakan pengambilan hak milik Tanah Adat kepada Tanah Kerajaan dan sebaliknya mengadakan perbincangan dengan semua pemilik tanah yang terlibat sehingga sebuah penyelesaian dipersetujui oleh semua pihak;
6. mengumum dan mengedar salinan warta kerajaan tentang projek atau rancangan kerajaan yang berkaitan dengan hak NCR kami kepada tiap-tiap rumah panjang/kampung di kawasan yang terlibat/terjejas oleh warta tersebut;
7. memberitahu dan mengadakan perjumpaan dengan semua lapisan masyarakat rumah panjang/kampung mengenai perancangan pembangunan tanah adat di kawasan kami, seterusnya menghormati segala keputusan yang diambil oleh masyarakat kami;
8. membayar pampasan untuk Tanah Adat yang diambil milik oleh kerajaan yang setimpal dengan nilai pasaran terkini dan tidak terhad kepada tanam-tanaman dan harta-benda di atas tanah tetapi termasuk nilai sebenar tanah tersebut;
9. mengubal dan meminda undang-undang yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal supaya ia mesra Orang Asal serta menyokong undang-undang adat masyarakat Orang Asal demi memperkukuhkan hak mereka dan bukannya menghakis hak tersebut;
10. meminda Kanun Tanah Sarawak untuk khususnya memasuki “pulau”, “temuda” dan “pemakai menoa” di bawah definisi Tanah Adat Orang Asal (Native Customary Land) di bawah Seksyen 2 Kanun tersebut;
11. meminda Bahagian IV “Practice of Land Surveyors ETC.” Seksyen 17 Ordinan Jurukur Tanah (Land Surveyors Ordinance) yang mengatakan “without prejudice to Section 104 of the Code, no person shall unless he is a land surveyor” dengan “Nothing in this Ordinance shall affect the righ of any person, not being a land surveyor to undertake surveys other than title surveys”.
12. menubuhkan suatu pesuruhanjaya bebas khas (National Native Land Commission) untuk mengendali hal-hal dan menyelesaikan isu-isu yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal di Malaysia.
Maka kami dengan sebulat suara menyatakan sokongan kami ke atas usaha yang diambil untuk menyelesaikan isu-isu dan masalah-masalah kami seperti di atas:
Nama/Persatuan:
1. Jetli Jelian
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
2. Usang Ak Labit
Persatuan Gerempong Anembiak Pelugau (GAP), Balingian
3. Nyalau Ak Geli
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA)
4. Bangau Ak Panggai
Persatuan Gerempong Rakyat Ulu Balingian – Ai Tepus (GERUBAT)
5. TR. Siba Ak Bunsu
Jaringan Tanah Hak Adat Bangsa Asal Sarawak (TAHABAS)
6. TR. Banyang Ak Ramai
ADC Rumah Banyang & Rumah Agam, Bintulu
7. Ibi Ak Uding
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Merakai, Serian
8. Unus Ak Kalom
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Sebuyau, Simunjan
9. Limi Ak Kundi
Melikin Bukar Sadong Association (MEBUSA), Kpg. Pa’on Gahat, Serian
10. TR. Christopher Ak Ambu
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
11. Masa Ak Nangkai
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
12. Jacob Ak Imang
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
13. Anthony Belon
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
14. TR. Engkana Ak Talap
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
15. Maurice Ak Aben
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
16. Jesus Robin Ak Timboo
Persatuan Masyarakat Sungai Gelasah – Suai, Suai
17. Francis Ak Imban
Persatuan Masyarakat Iban Bong-Teru, Tinjar, Baram (BICA)
18. Pauli bin Amus
Kpg. Hilir Meludam, Betong
19. Kathleen Supang
Kpg. Abok, Pantu, Sri Aman
20. Walter Chambers Najod
21. Alias Bon Ak Ulat
Persatuan Rumah Ulat, Sungai Manong, Niah
22. Jeron Ak Loben
SADDA, Bau
23. Bihai Ak Nyah
JKKK Krokong, Bau
Oleh SUHAKAM
27 – 29 Mac 2005
Hotel Harbour View, Kuching
KAMI, Ketua-Ketua masyarakat, ahli-ahli Jawantankuasa Kemajuan dan Keselamatan Kampung (JKKK), ahli-ahli Persatuan-Persatuan Orang Asal, ahli-ahli Persatuan Rumah Panjang/Kampung serta wakil-wakil Rumah Panjang masyarakat Orang Asal di Sarawak telah bermesyuarat di Hotel Habour View, Kuching, Sarawak pada 28 – 29 Mac 2005 sempena Seminar mengenai Hak Tanah Orang Asal yang dianjurkan oleh SUHAKAM untuk membincangkan masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat kami.
Terlebih dahulu, kami ingin menyampaikan setinggi-tinggi tahniah dan terima kasih kepada pihak SUHAKAM kerana memulakan inisiatif untuk menganjurkan Seminar sebegini yang julung kali diadakan untuk seluruh Negeri Sarawak. Adalah diharapkan bahawa inisiatif sebegini dapat diteruskan oleh pihak SUHAKAM bukan sahaja di Sarawak tetapi di seluruh Malaysia demi melindungi hak Orang Asal di Negara yang kita cintai ini.
Hasil daripada perbincangan tersebut, kami telah mengenal pasti isu dan masalah yang sedang kami hadapi seperti berikut:
1. Kawasan Tanah Adat kami diceroboh oleh syarikat-syarikat swasta untuk menjalankan aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan komersial secara besar-besaran dan pembangunan-pembangunan yang lain tanpa terlebih dahulu mendapat izin dan persetujuan dari kami;
2. Pencerobohan oleh syarikat-syarikat swasta tersebut telah melanggar adat, budaya dan tatasusila kaum masyarakat kami. Syarikat-syarikat tersebut juga tidak menghormati Hak Adat kami dan telah mencabuli hak tanah NCR kami terutamanya ke atas “Pulau” dan “Pemakai Menoa” kami;
3. Kerajaan Negeri Sarawak sering kali mengeluarkan “Provisional Lease” dan lesen pembalakan sebarangan kepada syarikat-syarikat swasta yang melibatkan kawasan Tanah Adat kami tanpa terlebih dahulu memaklum dan mendapat keizinan bebas kami (without our free prior informed consent);
4. Tempoh 60 hari daripada tarikh warta dikeluarkan oleh Kerajaan Negeri kepada masyarakat kami untuk mengemukakan tuntutan pampasan ganti-rugi terhadap harta-benda kami sekiranya Tanah Adat kami diambil milik /dihapus (acquired) oleh Kerajaan Negeri adalah terlalu singkat dan warta tersebut tidak tersebar ke semua lapisan masyarakat kami;
5. Pampasan yang kami terima daripada Kerajaan Negeri jika Tanah Adat kami diambil milik oleh Kerajaan adalah hanya untuk harta-benda dan tanaman yang terdapat di atas Tanah Adat kami dan tidak termasuk nilai sebenar tanah tersebut. Pampasan yang diterima untuk harta-benda dan tanaman kami juga tidak setimpal dengan nilai pasaran terkini;
6. Kebanyakkan Tanah Adat kami tidak mempunyai rekod atau dokumen rasmi yang mengesahkan bahawa Tanah Adat yang kami duduki adalah hak milik kami. Kerajaan Negeri tidak menjalankan survei pemetaan ke atas sempadan kawasan Tanah Adat kami oleh itu sering terjadi konflik di antara pihak kami dengan syarikat-syarikat swasta;
7. Akibat daripada aktiviti-aktiviti pembalakan, perladangan dan industri-industri ekstraktif yang dilaksanakan di atas Tanah Adat kami maka terjadinya kerosakkan terhadap tanaman-tanaman serta harta benda kami. Pencemaran alam sekitar juga sering berlaku, contohnya berlakunya tanah runtuh, air sungai menjadi keruh dan cetek akibat lumpur lalu mengakibatkan banjir dan serta menjejaskan sumber air minuman kami.
Dengan Kenyataan ini kami mengesa SUHAKAM untuk meyarankan Kerajaan Pusat dan Kerajaan Negeri Sarawak untuk:
1. melindungi Hak Adat (NCR) dan hak-hak kami di atas tanah adat serta sumber daya kami dengan meminda Seksyen 5(3) Kanun Tanah Sarawak (Sarawak Land Code) berkenaan dengan penghapusan Hak Adat masyarakat Orang Asal ke atas Tanah Adat untuk tujuan umum di mana sebelum hak masyarakat orang asal ke atas Tanah Adat dihapuskan suatu sesi dialog harus diadakan dengan masyarakat yang terlibat;
2. menjalan survei pemetaan dan merekodkan semua tanah NCR masyarakat Orang Asal di Sarawak serta memberikan dokumen rasmi yang mengesahkan hak milik Orang Asal ke atas Tanah Adat, dengan ini, konflik tentang kawasan dan hak-hak tanah antara masyarakat orang asal dan kerajaan dapat di atasi;
3. menghentikan pengeluaran “provisional lease” dan lesen pembalakan secara sebarangan kepada syarikat-syarikat perladangan dan pembalakan yang melibatkan kawasan tanah NCR kami sehingga survei pemetaan dapat dilaksanakan untuk menentukkan lokasi dan keluasan “Provisional Lease” dan lesan balak tersebut dan mengeluarkannya daripada Tanah Adat kami sekiranya didapati telah memasuki kawasan tersebut;
4. mengarahkan syarikat-syarikat swasta yang beroperasi dalam kawasan Tanah Adat kami untuk menghentikan kegiatan mereka dengan segera sehingga pertikaian hak ke atas tanah tersebut diselesaikan;
5. menghapuskan tempoh 60 hari untuk warta kerajaan yang mewartakan pengambilan hak milik Tanah Adat kepada Tanah Kerajaan dan sebaliknya mengadakan perbincangan dengan semua pemilik tanah yang terlibat sehingga sebuah penyelesaian dipersetujui oleh semua pihak;
6. mengumum dan mengedar salinan warta kerajaan tentang projek atau rancangan kerajaan yang berkaitan dengan hak NCR kami kepada tiap-tiap rumah panjang/kampung di kawasan yang terlibat/terjejas oleh warta tersebut;
7. memberitahu dan mengadakan perjumpaan dengan semua lapisan masyarakat rumah panjang/kampung mengenai perancangan pembangunan tanah adat di kawasan kami, seterusnya menghormati segala keputusan yang diambil oleh masyarakat kami;
8. membayar pampasan untuk Tanah Adat yang diambil milik oleh kerajaan yang setimpal dengan nilai pasaran terkini dan tidak terhad kepada tanam-tanaman dan harta-benda di atas tanah tetapi termasuk nilai sebenar tanah tersebut;
9. mengubal dan meminda undang-undang yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal supaya ia mesra Orang Asal serta menyokong undang-undang adat masyarakat Orang Asal demi memperkukuhkan hak mereka dan bukannya menghakis hak tersebut;
10. meminda Kanun Tanah Sarawak untuk khususnya memasuki “pulau”, “temuda” dan “pemakai menoa” di bawah definisi Tanah Adat Orang Asal (Native Customary Land) di bawah Seksyen 2 Kanun tersebut;
11. meminda Bahagian IV “Practice of Land Surveyors ETC.” Seksyen 17 Ordinan Jurukur Tanah (Land Surveyors Ordinance) yang mengatakan “without prejudice to Section 104 of the Code, no person shall unless he is a land surveyor” dengan “Nothing in this Ordinance shall affect the righ of any person, not being a land surveyor to undertake surveys other than title surveys”.
12. menubuhkan suatu pesuruhanjaya bebas khas (National Native Land Commission) untuk mengendali hal-hal dan menyelesaikan isu-isu yang melibatkan hak masyarakat Orang Asal di Malaysia.
Maka kami dengan sebulat suara menyatakan sokongan kami ke atas usaha yang diambil untuk menyelesaikan isu-isu dan masalah-masalah kami seperti di atas:
Nama/Persatuan:
1. Jetli Jelian
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
2. Usang Ak Labit
Persatuan Gerempong Anembiak Pelugau (GAP), Balingian
3. Nyalau Ak Geli
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA)
4. Bangau Ak Panggai
Persatuan Gerempong Rakyat Ulu Balingian – Ai Tepus (GERUBAT)
5. TR. Siba Ak Bunsu
Jaringan Tanah Hak Adat Bangsa Asal Sarawak (TAHABAS)
6. TR. Banyang Ak Ramai
ADC Rumah Banyang & Rumah Agam, Bintulu
7. Ibi Ak Uding
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Merakai, Serian
8. Unus Ak Kalom
Sarawak Dayak Iban Association (SADIA), Kpg. Sebuyau, Simunjan
9. Limi Ak Kundi
Melikin Bukar Sadong Association (MEBUSA), Kpg. Pa’on Gahat, Serian
10. TR. Christopher Ak Ambu
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
11. Masa Ak Nangkai
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
12. Jacob Ak Imang
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
13. Anthony Belon
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
14. TR. Engkana Ak Talap
Strap Ulu Land Development Action Committee (SULDAC), Sri Aman
15. Maurice Ak Aben
Persatuan Kebajikan Masyarakat Nanga Tada (PKMNT), Kanowit
16. Jesus Robin Ak Timboo
Persatuan Masyarakat Sungai Gelasah – Suai, Suai
17. Francis Ak Imban
Persatuan Masyarakat Iban Bong-Teru, Tinjar, Baram (BICA)
18. Pauli bin Amus
Kpg. Hilir Meludam, Betong
19. Kathleen Supang
Kpg. Abok, Pantu, Sri Aman
20. Walter Chambers Najod
21. Alias Bon Ak Ulat
Persatuan Rumah Ulat, Sungai Manong, Niah
22. Jeron Ak Loben
SADDA, Bau
23. Bihai Ak Nyah
JKKK Krokong, Bau
Hakikat NCR
Sumber: Asas Tanah NCR Kayan Kenyah Diperjadikan: Adet Kayan Kenyah 1994, Seksyen 84
Oleh: Temenggong Pahang Deng Anyi.
Clause 23: …..Hakikatnya, sejak tahun 1970 memang Ketua Masyarakat Kayan Kenyah sudah berkali-kali dan bermati-matian momohon Kerajaan menyukat tanah dan memohon surat-surat yang perlu. Kerajaan selalu menjawab tidak perlu memberi surat tanah temuda. Dengan alasan tanah NCR tidak boleh diambil oleh orang lain kerana ia diiktiraf oleh kerajaan. Kebun-kebun adalah sebagai geran tanah kamu yang di pedalaman. Kampung kamu sudah beratus tahun berada di sana itulah sebagai bukti dan geran tanah kamu katanya. Tetapi yang terjadi sekarang kompeni tidak peduli. Apabila tuntutan dan permintaan orang tempatan tidak ditunai dan tidak dipedulikan oleh kompeni, terpaksalah mereka mengambil tindakan Undang-Undang, malah juga melanggar undang-undang bagi meneggakan keadilan serta menuntut hak mereka. Perkara ini harus diberi perhatian sewajarnya oleh pihak kerajaan dan mempastikan masyarakat kami tidak ditindas, disamping hak kami wajib dihormati.
Oleh: Temenggong Pahang Deng Anyi.
Clause 23: …..Hakikatnya, sejak tahun 1970 memang Ketua Masyarakat Kayan Kenyah sudah berkali-kali dan bermati-matian momohon Kerajaan menyukat tanah dan memohon surat-surat yang perlu. Kerajaan selalu menjawab tidak perlu memberi surat tanah temuda. Dengan alasan tanah NCR tidak boleh diambil oleh orang lain kerana ia diiktiraf oleh kerajaan. Kebun-kebun adalah sebagai geran tanah kamu yang di pedalaman. Kampung kamu sudah beratus tahun berada di sana itulah sebagai bukti dan geran tanah kamu katanya. Tetapi yang terjadi sekarang kompeni tidak peduli. Apabila tuntutan dan permintaan orang tempatan tidak ditunai dan tidak dipedulikan oleh kompeni, terpaksalah mereka mengambil tindakan Undang-Undang, malah juga melanggar undang-undang bagi meneggakan keadilan serta menuntut hak mereka. Perkara ini harus diberi perhatian sewajarnya oleh pihak kerajaan dan mempastikan masyarakat kami tidak ditindas, disamping hak kami wajib dihormati.